Blogroll

Home » » MAKALAH PERKEMBANGAN EMOSI

MAKALAH PERKEMBANGAN EMOSI

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. TEORI PERKEMBANGAN EMOSI
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah di alami lanjut usia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu di pahami teori Erikson. Erikson (1950,1968) mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap psikososial,dari pada dalam  tahap psikoseksuaL.
2.2 Pengertian Emosi
Perkembangan Emosi : emosi itu sendiri adalah situasi stimulus yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivitas pada otak, penilian kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan melakukan suatu tindakan, yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan – peraturan yang terdapat di suatu kebudayaan. Emosi primer emosi – emosi yang dianggap sebagai emosi yang berlaku secara umum, dan memiliki dasar biologis; umumnya meliputi rasa takut, marah, sedih,senang,terkejut,jijik dan rasa tida suka. Emosi sekunder emosi – emosi yang berkembang sejalan dengan pertambahan kedewasaan kognitif seseorang dan berbeda – beda untuk tiap individu dan kebudayaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat mengandung keinginan yang meledak-ledak.
Drever (1968) mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang kompleks dari organisme yang menyangkut perubahan jasmani yang luas sifatnya (dalam pernafasan, denyut, sekresi kelenjar,dsb) dan pada sisi kejiwaan.     



2
2.3 Perkembangan Emosi berdasarkan periode perkembangan
Infant (masa bayi 0-2 tahun)
Perkembangan emosi yang terlihat sederhana dan reaksi emosionalnya dapat di timbulkan dengan berbagai macam rangsangan. Emosional pada bayi ialah : rasa takut, gembira,sedih, rasa ingin tahu.
Masa kanak-kanak awal
Emosi yang terjadi sangat kuat. Pada masa ini pula anak sangat perlu dibimbingan diarahkan karena emosinya yang tidak terarah. Emosi pada kanak-kanak masa awal : takut, cemburu,iri hati,ingin tahu,senang,sedih,marah,kasih sayang.
Masa kanak-kanak akhir
Poal perkemban gan yang terjadi pada masa kanak-kanak akhir tidak jauh berbeda dengan masa kanak-kanak awal. Ungkapan rasa senang, amarah, emosi yang berapi-api.
Masa  Remaja Awal
Masa ini terkadang membuat  remaja menjalani masa tekanan. Walaupun tidak semua reamaja mengalami ketidakstabilan sebagai konsekuensi penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan sosial baru.
Remaja akhir
Emosinya yang cenderung pemberontak. Karena sang anak akan memasuki masa-masa dimana terjadinya perubahan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Sehingga hal ini membuat mereka memikirkan masa depan.



3
Dewasa Awal
Perkembangan yang terjadi pada masa dewasa awal emosinya mengikuti faktor hormonal, dan masa ini pula mereka sudah dapat mengendalikan emosi.
Dewasa Madya
Pada masa dewasa madya pola emosi antara laki-laki dan perempuan berbeda.
Laki – laki : Karir (waktunya habis dalam pekerjaan/pensiun) akan mengalami frustasi atau beban kerja sehingga berpengaruh kepada emosinya. Pada perempuan : cenderung lebih stabil, namun lebih sering cepat mengalami masa manepous.
Masa Usia Lanjut
Salah satu contohnya adalah perubahan fisik pada lanjut usia mengakibatkan dirinya merasa tidak dapat mengerjakan berbagai aktivitas sebaik pada saat muda dulu. Hal ini menyebabkan lanjut usia kemudian menjadi menarik diri dari lingkungan sosial.
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
2.4 Perbedaan Kelompok dalam Emosi
Emosi dan Gender
Pria dan wanita memiliki kemampuan yang sama untuk merasakan semua emosi, mulai dari cinta, duka, hingga kemarahan. Kebanyakan pria lebih reaktif secara psikologis terhadap konflik dibandingkan wanita, namun kedua gender terkadang memiliki perbedaan persepsi dan atribusi yang menghasilakn emosi dan intensitas manusia. 

4
Pria : lebih menunjukan rasa marah. Laki-laki cenderung menyukai pertemanan berdampingan, yang didasarkan perilaku aktivitas bersama sepaertiolah raga. Cinta, marah, dan duka adalah kemampuan yang dimiliki pria maupun wanita
Perempuan : rasa sedih, takut, dan rasa bersalah pada usia sekolah. Lebih menyukai pertemanan tatap muka yang didasarkan perasaan. Cinta, marah, dan duka adalah kemampuan yang dimiliki pria maupun wanita
Budaya dan Ekspresi Emosional
Aturan Tampilan Emosi (Display rule). Contohnya pada beberapa budaya misalnya, orang Jepang lebih sering tersenyum dibandingkan orang Amerika, untuk menyembunyikan rasa malu, marah, atau emosi negative lainnya, sebab perasaan-perasaan tersebut dianggap tidak sopan dan tidak baik apabila ditunjukan kepada orang lain. Begitupun dengan seorang anak yang hidup dengan keadaan orang tuanya bercerai, hal ini bisa membuat sang anak menjadi kurang percaya diri, takut tidak diterima dilingkungan, pendiam, bahkan emosinya meledak-ledak.
Sosial Ekonomi
Seseorang yang terlahir dikehidupan serba berkecukupan akan memperaruhi kepada sikap, tingkah laku anak. Anak akan merasa lebih percaya diri, pemberani, senang. Disini lingkunganlah yang mempengaruhi pada perkembangan sang anak.
2.5 Perkembangan Karakter
Tahap perkembangan karakter dilihat dari segi umur.  Dalam diri manusia tersimpan karakter-karakter yang terbangun akibat dari kehidupannya. Karakter – karakter tersebut, baik sadar maupun tidak, terbentuk dari hasil interaksi dengan dunia luar. Karakter – karakter ini pada akhirnya akan mempengaruhi pola kehidupan manusia.

5
Rasulullah saw. berkata kepada para sahabat dan umatnya, bahwa orang yang bergaul dengan tukang minyak wangi, akan ikut wangi. Begitu pula ketika orang tersebut bergaul dengan seorang pandai besi, maka setidaknya ia akan hitam terkena asapnya.
Perkembangan Emosi dan  karakter seseorang mulai terbangun sejak masih berada di dalam kandungan. Karena itu, pembentukan karakter harus dibangun sejak janin, karena di dalam kandungan sebenarnya manusia sudah bernyawa.
Oleh karena itu ada tiga tahapan umur yang mempengaruhi karakter seseorang. Ketiga tahapan tersebut adalah :
a.      Tahap I : 0-10 tahun perilaku lahiriah
Tahap pertama adalah tahapan membangun lahiriah. Perilaku yang terbangun dari seorang anak yang sedang berkembang adalah perilaku formal yang sifatnya tidak mengakar pada kehidupannya. Hal ini menyebabkan perilaku anak menjadi mudah berubah-ubah.
Selain itu perilaku seorang anak berusia di bawah 10 tahun, memiliki kecenderungan untuk dipengaruh  oleh lebih banyak faktor eksternal. Lingkungan sekitar mereka akan sangat mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu, betapa baiknya jika orang tua memberikan lingkungan yang positif untuk anaknya yang berusia sepuluh tahun kebawah.
Daya tangkap anak lebih cepat pada usi-usia ini. Karena pada masa ini anak akan selalu menemukan hal-hal baru yang akan menarik hatinya. Untuk membentuk karakter anak, baiknya jika orang tua mengenalkan hal-hal yang positif kepada anak-anak.
Penilaian baik buruk dan buruk yang dilakukan oleh anak bersifat egosentris, cenderung memiliki ego yang lebih kuat dibandingkan dengan akalnya.
b.      Tahap II : 11-15 tahun perilaku kesadaran
Usia sebelas hingga lima belas tahun merupakan masa dimulainya perkembangan kesadaran mengenal nilai-nilai kebenaran. Rasionalitas mulai terbuka, mulai membangun sebuah perilaku, kesadaran rasionalitas akan mudah terikat dibangdingakn dengan usia dibawahnya, anak mampu menilai sesuatu baik dan buruk. Anak-anak ini juga biasanya lebih mampu melibatkan keluwesannya dalam berintraksi dengan orang lain.
6
c.       Tahap III : 15 tahun ke atas control internal atas perilaku
Pada tahapan umur lima belas tahun ke atas, perilaku-perilaku dan kesadaran-kesadaran telah terbentuk dengan kuat. Keasadaran menguat karena tertanamnya nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Nilai-nilai individu dan sosial mulai terbangun dan terintegrasi.
Adapun Contoh Mengenai Karakter dan Pembentukan Karakter yang berpengaruh kepada perkembangan emosi.
·         Melankolis
Seorang yang melankolis mempunyai pikiran yang mendalam. Orang melankolis selalu menganalisis segala sesuatu. Ia senang dengan hal yang serius dan akan menekuni bidang apa pun yang ia sukai.
Perkembangan emosinya ia cenderung berfikir negative, pesimis, mudah putus asa,rendah diri, egois.
·         Sanguinis
Seorang yang sanguinis adalah orang selalu ceria, antusias, ekspresif, dan selalu gembira dimanapun ia berada.
Perkembangan emosinya egois, mudah marah, mudah mengeluh.
·         Plegmatis
Seorang mempunyai kepribadian plegmatis adalah orang mempunyai rasa kedamaian. Ia sangat menyukan perdebatan, rendah hati, sabar, dan seimbang.
Perkembangan emosinya sering merasa khawatir akan suatu persoalan, penakut,egois,pemalu,pendiam.
·         Koleris
Seorang koleris adalah orang yang mempunyai kekuatan,dinamis,mempunyai kemauan yang keras.
Dari segi emosinya tidak sabaran,mudah marah,ceroboh,kaku.



7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari sini pemakalah dapat menyimpulkan bahwa lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan karakter yang ada pada diri seseorang. Lingkungan keluarga adalah awal pembentukan sebuah karakter pada setiap diri individu, setelah itu lingkungan yang terdekat, kemudian meluas ketingkat yang leih luas lagi. Begitulah kurang lebih perekembangan emosi maupun pembentukan karekter dalam diri seseorang. Perkembangan emosi pada diri seseorang berkaitan dengan karakter yang ada dalam individu. Setiap manusia mempunyai ciri khas dan watak yang berbeda-beda. Perkembangan emosi juga dapat diberistimulasi  pada saat ibu mengandung dengan cara dengan cara sang ibu melakukan hal – hal yang bermanfaat misalnya ; ibu beshalawat nabi, membaca, berolah raga,dll. Membangun sebuah karakter baik buruknya semua itu tergantung dari pondasinya seperti apa didalam keluarga. Faktor Internal dan Eksternallah yang cenderung dapat mempengaruhi diri seseorang. Karakter memang sesuatu yang dapat diubah, yang buruk bisa menjadi baik begitupun sebaliknya. Tetapi ada juga karakter yang menjadi ciri khas setiap individu yaitu kepribadian. Dan hal ini sangat berpengaruh pada proses perkembangan emosi anak ataupun setiap orang. 
3.2 Saran
·         Melakukan hal – hal positive lebih bermanfaat dalam membentuk sebuah  perkembangan emosi yang baik. Karena itu bangunlah sebuah pondasi yang baik terutama dilingkungan internal agar kelak anak mempunyai jiwa yang kuat, percaya diri tinggi dengan kemampuan yang ia miliki.
·         Sebagai orang tua perlulah kita memperhatikan dan memilah-milah lingkungan yang sekiranya kurang baik untuk dihindari dan sang anak diberi pengertian dan diberi tahu sebab akibat jika bergaul dengan hal yang kurang baik.

1 komentar:

Blogger news

Blogger templates

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.